“CEMBURU-ku Pada-MU..”


Cemburu adalah salah satu ekspresi emosi manusia, tidak ada cemburu tanpa rasa cinta, tidak ada cemburu tanpa kepercayaan dan tidak ada cemburu tanpa kesetiaan. Ketiga unsur tersebut harus berpadu menjadi satu seperti gula, kopi dan susu sehingga menciptakan sebuah formula rasa yang luar biasa. Perhatikanlah seorang manusia yang sedang merasa cemburu terutama kepada pasangannya, tingkah laku yang ditampilkan tidak rasional, emosi menjadi tidak terkendali bahkan bisa melakukan tindakan agresi. Jika cemburu hanya dilihat dari sudut pandang orang awam begitulah adanya. Dalam tulisan ini penulis ingin mengajak para pembacanya untuk melihat cemburu dari sudut pandang yang berbeda. Kata cemburu berasal dari Yunani yaitu Zelos yang berarti persaingan dan menunjukkan intensitas perasaan. Salovey (1991) berpendapat cemburu adalah emosi yang dialami ketika seseorang merasa hubungan dengan pasangan terancam dan mengakibatkan hilangnya kepemilikan, biasanya ini akan timbul apabila ada pihak ketiga dalam hubungan tersebut. Patut digaris bawahi cemburu memiliki titik tekan “hubungan dengan pasangan terancam” dan “hilang kepemilikan”. Dua hal tersebut menjadi kewaspadaan bagi para manusia dalam menjalin sebuah hubungan.

Pada umumnya ketika kita berbicara mengenai sebuah hubungan, akan digambarkan sebagai keterhubungan antara satu manusia dengan manusia lainnya. Sebut saja pasangan suami istri yang saling mencintai dan memiliki keterikatan yang kuat satu sama lain, jika hubungan mereka terancam dan hak milik pasangannya berkurang maka manusia tersebut dipastikan tidak akan tidur nyenyak setiap malam. Gelisah akan menghampiri, kecurigaan terhadap pasangan akan meningkat, kepercayaan memudar, bahkan bisa melakukan tindakan agresi jika tidak mampu mengendalikan emosi.

Terlalu jarang jika kita mencoba mendalami sebuah hubungan yang sangat hakiki antara manusia dengan pencipta manusia. Cemburu hanya akan tumbuh jika tertanam rasa cinta, percaya dan setia serta ditambah sedikit ketakutan untuk tidak lagi dicintai. Pernahkah anda merasa cemburu dengan pasangan anda? jawabannya pasti pernah, tidak ada manusia yang tidak pernah merasakan rasa cemburu. Pernahkah anda merasa cemburu dengan yang menciptakan anda? Mungkin anda akan berfikir dua kali untuk menjawabnya. Hanya manusia yang merasa cemburu yang bisa menjawabnya.

Sang pencipta dalam bahasa Arab yang kita sebut sebagai KHALIQ adalah Dzat yang Esa. Ada golongan manusia yang mengakui-NYA, ada juga yang tidak. Realitanya tidak semua manusia mampu TUNDUK pada-NYA dengan setulus hati. Jangankan memunculkan rasa cemburu kepada-NYA untuk menanamkan rasa percaya saja sangatlah sulit, belum lagi meningkatkan intensitas rasa percaya menjadi rasa cinta, ketika rasa cinta tersebut tumbuh barulah cemburu mengiringinya.

Manusia yang merasa cemburu kepada Khaliqnya akan senantiasa merasa khawatir jika ‘posisinya’ diambil oleh orang lain, ini bermakna seolah ‘mengancam’ bahwa akan ada kehadiran orang lain yang akan mengambil posisinya dihadapan Sang Khaliq sehingga manusia yang merasa menjadi seorang hamba akan sekuat tenaga mempertahankan posisinya dengan segala cara. Ada ‘kekhawatiran’ Sang Khaliq tidak lagi mencintainya sehingga manusia tersebut akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan kembali cinta-NYA. Ada ‘kekhawatiran’ Sang Khaliq sedang menguji hubungannya sehingga manusia akan sekuat tenaga menjalin hubungan yang lebih dekat agar tetap harmonis. Gejala-gejala psikologis pun bermunculan seperti menangis dalam sholat, merenung saat tidur malam, sedih dalam kesendirian, bahkan jiwanya akan merasa gelisah ketika muncul dalam pikiran sang hamba bahwa Sang Khaliq tidak lagi dekat dengannya. Reaksi psikologi yang dimunculkan hampir sama dengan reaksi cemburu pada umumnya hanya saja objek kecemburuannya yang diubah dari manusia menjadi Khaliq. Jika seorang manusia yang mengaku hamba sudah bisa merasakan gejala-gejala cemburu seperti yang digambarkan, bisa dipastikan bahwa ia sudah menemukan cinta sejatinya.

Cemburu yang dimaksud adalah cemburu yang positif, inilah aktualisasi sebuah rasa cemburu yang akan menjadikan hamba semakin takut kehilangan posisi, bahkan cinta sang Khaliqnya. Mari tumbuhkan rasa cemburu agar rasa cinta, percaya dan setia berpadu menjadi sebuah formula rasa yang ‘luar biasa’ dan rasa itu hanya dipersembahkan kepada Sang Pencipta. J

 

Penulis : Mutia Qana’a., S.Psi., M.Psi

21-Januari-2016


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *