Materialis vs Something Can’t Seen By Eyes


Materialis adalah sebuah kata yang tidak asing lagi di dengar oleh masyarakat indonesia, seperti kata-kata remaja saat ini “Ih kamu matre ya!”, perkataan tersebut sangat sederhana namun terkadang terlewat begitu saja. Seandainya penulis melontrakan satu kata dan kata tersebut adalah matre, apa yang ada dalam pikiran pembaca? “Uang” bisa menjadi jawaban diperingkat pertama.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBB) Materialis adalah paham yang mementingkan kebendaan seperti harta, uang dan sebagainya). Sementara itu, orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada materi disebut sebagai materialis. Mereka adalah orang-orang yang mengagungkan sesuatu yang bisa dilihat, disentuh dan berwujud.

Dalam ilmu psikologi individu yang orientasi hidupnya berdasarkan materi ternyata merupakan tingkatan yang paling rendah dalam memahami filosofi hidup. Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa “tanpa uang dan harta saya tidak bisa hidup” itu adalah salah satu gejala yang perlu diwaspadai. Ya, perlu diwaspadai karena manusia akan diperbudak oleh harta. Jika sudah begini, manusia akan melupakan esensi hidup yang sebenarnya. Sedangkan bagi manusia yang memahami hidup lebih dari sekedar materi secara psikologi memiliki pemahaman lebih baik tentang makna hidup. Contohnya jika kita percaya Tuhan, kita tidak bisa melihat wujud Tuhan bukan? Namun kenapa kita bisa meyakini bahwa Tuhan itu ada.

Fenomena tersebut tidak bisa dibuktikan secara eksperimental, karena hanya bisa dibuktikan dengan sebuah keyakinan. Keyakinan tanpa pembuktian dinamakan iman, bahasa ‘misteri’nya something can’t seen by eyes. Keyakinan bukan sesuatu yang wajib dibuktikan oleh pengindraan atau apapun itu sehingga pada hakikatnya semakin meyakini yang tidak terlihat oleh mata semakin tinggi kedudukannya.

Mari kita perhatikan fenomena masyarakat saat ini, mereka merasa khawatir jika tidak bisa makan esok hari, merasa cemas jika tidak punya uang, jika merasa putus asa manusia bisa melakukan hal-hal diluar akal sehatnya seperi mencuri atau membunuh. Banyak kasus kriminal terjadi karena urusan ekonomi yang tidak terpenuhi.

Tidak bisa dipungkuri ekonomi sangat penting menunjang kehidupan yang sehat, namun uang bukan segalanya. Kita bisa mencontoh seorang sahabat Rasul Ali bin Abi Thalib dan istrinya Fatimah yang hidup dalam kemiskinan dan kekurangan harta tapi mereka merasakan kebahagiaan hakiki yaitu meyakini sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh mata. Mereka bisa hidup sederhana, bahkan bisa saling berbagi dengan sesama. Sungguh mulia manusia seperti ini, mereka bisa dijadikan contoh teladan bagi manusia lainnya.

Materialis membawa kita menjadi manusia yang rendah sedangkan iman membawa kita menjadi manusia yang lebih tinggi. So belajarlah “melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh mata” karena apa yang tersirat jauh lebih baik dari apa yang tersurat.

 


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *